Pages

Rabu, 10 Februari 2016

Letak Geografis Masjid Agung Al-Munawar



Masjid Agung al-Munawar terletak di Desa Karangwaru Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung. Masjid ini terletak di sebelah Barat Alun-Alun Tulungagung utara kantor pos seberang jalan. Masjid ini merupakan masjid terbesar di Tulungagung dan merupakan masjid yang utama. Masjid ini merupakan pusat kegiatan agama Islam di Tulungagung. Jadi orang yang ingin berkunjung ke masjid ini harus mengetahui pusat kota Tulungagung.

Sejarah Singkat Masjid Agung Al-Munawar



Mengenai sejarah masjid agung al-Munawar, penulis berusaha untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber, karena sumber utama yang membahas mengenai hal itu. Jadi di sini berusaha menyusun sejarah masjid al-Munawar dari berbagai sumber yang tercecer di sana-sini.
Masjid yang berada di pusat kota Tulungagung ini menyimpan kenangan yang indah dalam perjalanannya hingga sekarang ini. Kita bisa menyebutnya dengan sebutan masjid tiga zaman. Sebab masjid Agung al-Munawar Tulungagung mengalami transisi perubahan bangunan selama tiga kali periode; Periode Ngrowo (masjid awal), Periode Transisi, dan Periode Modern.
Menurut Bapak Kiai Ali Mustakim sesepuh kelurahan Kauman yang dipaparkan oleh Bapak KH.Abu Sofyan Sirajuddin, selaku ketua ta'mir masjid agung al-Munawar Tulungagung periode 2007-2012, yang dikutip oleh Ali Imron, mengatakan bahwasanya keberadaan tanah yang diatasnya dibangun sebuah masjid Agung al-Munawar Tulungagung dulunya merupakan tanah wakaf dari Mbah Ichsan Puro.[1] Penulis tidak dapat menelusuri dengan pasti siapa Mbah Ichsan Puro tersebut. Namun keterangan Muhadi Latief, sebagaimana yang dikutip Ali Imron, menyebutkan bahwa Mbah Ichsan Puro merupakan suatu keluarga kenaipan[2], yang dulunya bertempat tinggal di sekitar daerah Masjid al-Munawar.[3]
Menurut Abu Sofyan, masjid Agung Al-Munawar Tulungagung dibangun pertama kali diperkirakan sekitar tahun 1262H/1841M. Angka tersebut dapat dilihat pada hiasan ukir-ukiran imaman yang berada di Masjid Jami' al-Muhajirin Gedangsewu Tulungagung tepatnya di bagian atas. Karena menurut keterangan Abu Sofyan juga, masjid al-Munawar dibangun bersamaan dengan masjid al-Muhajirin. Sehingga tahun pembangunannya dapat diketahui dengan melihat salah satu tulisan yang masih tersisa di kedua masjid tersebut.
Masjid jami’ al-Muhajirin merupakan masjid tertua di Tulungagung yang juga merupakan masjid pertama kali di Tulungagung. Pada pembangunan masjid al-Munawar, perhiasan dan pernik-pernik yang ada di masjid al-Muhajirin dipindah ke masjid al-Munawar.
 Selain itu, Imam masjid pertama kali, yang hidup pada masa tersebut belum dapat dideteksi siapa saja. Jadi siapa yang menggagas berdirinya Masjid Agung al-Munawar masih belum jelas. Bahkan ta'mir yang pertama kali juga masih sulit untuk ditelusuri keberadaannya. Maka dari itulah lembaran-lembaran tulisan ini mayoritas menuliskannya dengan sumber data yang masih ada dan juga disinergikan dengan zaman penulisan.
Bukti yang ditemukan dalam hiasan imaman masjid al-Muhajirin merupakan tulisan perpaduan antara tulisan arab dan bahasa jawa serta tanpa ada harakatnya. Tulisan tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Baris pertama: Lailahaillah Muhammadurrosullah, baris kedua: Penget tatkala nyeler Kiai Mangun (Fiqhan), baris ketiga: Ing dino akhad kaping 11 syawal tahun 1262 H.
Dari Tulisan tersebut bisa diketahui tentang waktu dibangunnya masjid yang berada di Barat Alun-Alun itu. Dari tulisan tersebut dapat juga diketahui bahwa antara masjid al-Munawar dan masjid al-Muhajirin Gedangsewu terdapat sinergi yang mengaitkan antara keduanya dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Jadi dalam sejarahnya, kedua masjid ini mempunyai asal sejarah yang berkaitan dan berhubungan.